Mental Kaya #4: Punya Sisi Pandang Lain
Robert
T. Kiyosaki bercerita dalam buku klasiknya Rich’s Dad Guide to Investing
tentang dua ayah yang dimilikinya. Ayah pertama adalah ayah kandungnya sendiri,
bekerja untuk pemerintah sebagai gubernur negara bagian Hawaii, AS dengan gaji
yang tentu tidak kecil. Dia menyebutnya ayah miskin. Sedangkan ayah kedua
adalah ayah temannya, Mike. Seorang pengusaha properti sukses ternama di
Amerika Serikat yang menguasai beberapa pencakar langit di negerinya. Dia
menyebut ayah Mike, ayah kaya.
Yang
paling mengejutkan, kedua ayah Kiyosaki ini memiliki cara pandang yang jauh
berbeda. Ayah miskin melihat dunia kekurangan uang dan selalu mengatakan, “Kamu
pikir uang tumbuh dari pohon?” atau “Kamu pikir Ayahmu terbuat dari duit?” atau
“Lain kali saja, Ayah belum mampu membelinya.” Karena pandangan yang sempit
itulah sehingga kehidupan ayah miskin berhemat-hemat. Tidak ada bedanya seperti
ketika mereka dalam keadaan muflis, walaupun sebenarnya mereka memiliki
banyak tabungan di bank. Lain halnya dengan ayah kaya Kiyosaki. Ayah kaya
melihat dunia dari sisi yang lain. Dia punya cara pandang yang berbeda. Dia
berpikir dunia ini kelebihan uang. Hal itu bisa kita cermati dari perkataannya,
“Jangan khawatir soal uang, bila kita mengerjakan sesuatu yang tepat, banyak
uang bisa kita peroleh,” atau “Jangan membiarkan kekurangan uang menjadi dalih
untuk tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.”
Kedua
pemikiran yang berbeda tersebut baru berdampak saat ayah miskin berumur 56
tahun. Ketika itu ia dipecat dari jabatan tingginya sebagai pegawai negeri dan
kehilangan pekerjaan, gelar, dan jabatannya. Dia memulai segalanya dari nol.
Sedangkan di saat yang sama ayah kaya justru malah menikmati pensiun mudanya.
Dia memberikan tahta kerajaan bisnis yang telah ia bangun sejak muda kepada
sang anak, Mike. Ayah kandung Kiyosaki tidak mampu survive dengan dunia
yang dialaminya waktu itu, namun ayah bisnis Kiyosaki malah menduduki
singgasana finansial di negara kapitalis tersebut. Mengapa demikian? Alasan
utamanya adalah karena ayah Mike seorang entrepeneur. Dia mengelola
usaha, bukan sekedar menjadi pegawai/karyawan seperti ayah kandungnya.
Sebuah
riset mengungkapkan perbedaan yang paling membedakan antara negara berkembang
dan negara maju adalah persentase penduduknya yang menjadi pengusaha. Hongkong,
negara kecil yang maju, ternyata sekitar 10% penduduknya adalah pengusaha.
Negara kapitalis liberalis Amerika Serikat, kurang lebih 6% penduduknya adalah
pengusaha. 45% warganya juga telah menanamkan sahamnya di perusahaan swasta.
Mereka sadar bahwa investasi dalam bisnis semakin penting. Mereka berkeyakinan
tidak selamanya pemerintah mampu menopang hidup mereka. Itulah yang terjadi di
negara mereka. Sekarang mari kita berkaca pada negeri kita. Indonesia, hanya
0,1% rakyatnya berprofesi sebagai pengusaha. Mungkin itulah sebabnya mengapa
negara kita masih dikatakan berkembang.
Written by: Luqman Arifin Siswanto (2012)
Bibliography:
Rich Dad Poor Dad, Guide to Investing (Robert T. Kiyosaki)
Presentasi Steve Jobs
0 comment:
Post a Comment